Kamis, 04 April 2013
Aluminium
Aluminium adalah elemen paling berlimpah ketiga (setelah oksigen dan silikon) dan logam paling berlimpah nomor satu di bumi ini. Sekitar 8% dari permukaan solid bumi kita ini adalah aluminium. Logam non berat ini dikenal di seluruh dunia sebagai bahan bangunan yang tahan ancaman karat. Komponen struktural yang terbuat dari aluminium memegang peranan yang sangat penting di banyak industri di dunia, seperti industri penerbangan, transportasi, maupun industri bangunan. Aluminium digunakan dalam banyak sektor. Ia dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat, dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang. Kusen, pintu, jendela, badan pesawat terbang, panci, botol minuman, sampai tutup botol susu semua terbuat dari aluminium.
Pada abad ke-19, sebelum ditemukanya proses elektrolisis, aluminium hanya bisa didapatkan dari bauksit dengan proses kimia Wohler. Dibandingkan dengan elektrolisis, proses ini sangat tidak ekonomis, dan harga aluminium dulunya jauh melebihi harga emas. Karena dulu dianggap sebagai logam berharga, Napoleon III dari Perancis (1808-1873) pernah melayani tamunya yang pertama dengan piring aluminium dan tamunya yang kedua dengan piring emas dan perak. Pada tahun 1886, Charles Martin Hall dari Amerika Serikat (1863-1914) dan Paul L. T. Heroult dari Perancis (1863-1914) menemukan proses elektrolisis yang sampai sekarang membuat produksi aluminium lebih ekonomis.
Karena melimpahnya bahan ini, aluminium dipergunakan di banyak sekali hal. Tak ketinggalan kusen/bingkai jendela. Isu global warming yang menghangat beberapa tahun ini semakin mempromosikan popularitas aluminium sebagai bahan pengganti kusen kayu tradisional yang rapuh dan harganya yang semakin mahal dari hari ke hari. Aluminium telah menjadi solusi, bukan alternatif, atas kelangkaan kayu yang terjadi di mana-mana. Selain lebih ekonomis, kusen aluminium yang jauh lebih kuat dan minim perawatan menjadikannya primadona.